Menggunakan Pantun dalam Kehidupan Sehari-hari
Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama yang paling akrab dengan
masyarakat. Pantun dapat dimanfaatkan dalam berbagai kesempatan dan
disampaikan sembarang waktu oleh siapapun, tanpa terikat oleh status
sosial, agama, dan usia. Dalam kehidupan sehari-hari sering mendengar
orang menggunakan pantun untuk berbagai keperluan, seperti pantun dalam
prosesi pernikahan. Di beberapa daerah di Indonesia, masyarakat
menggunakan pantun berbalas dalam prosesi pernikahan. Misalnya saja
dalam prosesi Buka Palang Pintu pada pernikahan adat Betawi. Keluarga
mempelai pria menjelaskan maksud kedatangan mereka dengan menggunakan
pantun Betawi. Keluarga mempelai wanita juga menjawab dengan pantun,
sehingga terjadilah berbalas pantun. Maksud prosesi ini sendiri adalah
memberikan sejumlah syarat kepada calon mempelai pria sebelum diterima
oleh pihak si gadis.
Dalam pernikahan adat Melayu prosesi akad nikah, rangkaian pantun akan
dilantunkan sesuai dengan tahapan yang dilalui dalam prosesi akad nikah
tersebut. Pantun dalam prosesi akad nikah meliputi: acara penyambutan,
pemberian mahar, prosesi akad nikah, hingga persandingan atau
dipertemukannya pihak perempuan dengan pihak lelaki untuk
dipersandingkan di pelaminan. Dalam prosesi ini, pantun-pantun tertentu
diperdengarkan sebagai tanda dimulainya prosesi sekaligus pembeda dari
tahapan selanjutnya. Pantun tersebut melambangkan keindahan bahasa dan
budaya masyarakat yang telah ada sejak dahulu.
Pantun dengan bentuknya yang sederhana, berima a-b-a-b, mencerminkan
kecerdesan dan kreativitas pelantunnya. Hal tersebut terlihat dalam
sampiran dan isi yang menadi struktur sebuah pantun. Jika sebuah pantun
memperlihatkan sampiran dan isi yang saling berkaitan, terlihatlah
kekentalan kecerdasan dan kreativitas pelantun tersebut. Seperti yang
terlihat pada beberapa bait teks pantun berikut ini.
Pohon besar pohon trembesi,
ditanam orang dekat pusara.
Jika pemimpin suka korupsi,
rakyat kecil makin sengsara.
Pantun tersebut memiliki sampiran yang mengantarkan pembaca atau
pendengar pada sebuah bentuk kritik sosial terhadap pemerintah. Sampiran
dan isi pada pantun itu memiliki rima yang berpola /-i/-a/-i/-a/,
menandakan bahwa secara struktur sudah bisa dikatakan sebagai pantun
yang baik. Jika dilantunkan, pantun itu akan memberikan bunyi yang
harmonis pula. Tujuan pantun itu dilantunkan terlihat pada isi yang
disampaikan, yaitu /jika pemimpin suka korupsi/rakyat kecil makin
sengsara/. Pantun ini lahir karena adanya rasa kekecewaan terhadap
maraknya aksi korupsi yang dilakukan para pemimpin. Maka, pelantun
menuangkan kritik terhadap situasi sosial ini melalui teks pantun
tersebut.
Kalian pun bisa menyampaikan, mengungkapkan, atau menuangkan kritik yang
serupa terhadap situasi sosial melalui pantun. Untuk itu, tuangkanlah
kritik kalian menjadi tiga bait pantun yang menarik, memiliki sampiran
dan isi yang saling berkaitan.
Bunga melati berwarna putih
Jika mekar padat berisi
Bagaimana korupsi akan bersih
Bila koruptor dapat remisi
Ikan gabus hidup di rawa
Panjang badan licin kulitnya
Dibentuk pansus banyak yang ketawa
Paling masuk angin akhirya
Lihat balon anak bertepuk
Ketika makan minta kerupuk
Kursinya pejabat memang empuk
Kerja sedikit gaji menumpuk
Bunga melati berwarna putih
Jika mekar padat berisi
Bagaimana korupsi akan bersih
Bila koruptor dapat remisi
Ikan gabus hidup di rawa
Panjang badan licin kulitnya
Dibentuk pansus banyak yang ketawa
Paling masuk angin akhirya
Lihat balon anak bertepuk
Ketika makan minta kerupuk
Kursinya pejabat memang empuk
Kerja sedikit gaji menumpuk
Struktur Isi Teks Pantun
Pantun memiliki struktur isi yang sangat khas. Struktur pantun terdiri dari sampiran, isi, bait, dan rima.
- Sampiran adalah dua baris pertama (awal) yang merupakan pengantar pantun. Sampiran berupa pengantar sajak/rima yang berfungsi menyiapkan rima dan irama agar memudahkan pendengar dalam memahami isi pantun.
- Isi adalah dua baris berikutnya (akhir) yang menjadi tujuan atau kesimpulan pantun. Antara sampiran dan isi terkadang tidak ada hubungan makna yang jelas. Namun, biasanya, sampiran disampaikan berupa hal-hal yang berkaitan dengan alam, budaya, dan kebiasaan hidup masyarakat sekitar. Sedangkan isi berupa tujuan dari pantun.
- Bait adalah bagian dari teks pantun yang terdiri dari beberapa baris. Bait merupakan teks harmonis yang serupa dengan satu pengertian dalam sebuah paragraf. Pada pantun, bait biasanya terdiri dari empat baris atau larik. Setiap baris atau larik biasanya terdiri dari 2-6 kata atau 8-12 suku kata.
- Rima disebut juga sajak, yaitu bunyi akhiran yang dihasilkan oleh huruf dalam larik dan bait sehingga menimbulkan keindahan kata, rasa, dan menimbulkan suasana khusus. Pantun memiliki pola sajak akhir a-b-a-b dan a-a-a-a.
Teks pantun tidak hanya mengungkapkan kritik terhadap situasi sosial,
tetapi bisa mengungkapkan berbagai hal, seperti nasihat, kelakar,
pendidikan, dan sebagainya. Berikut terdapat beberapa bait teks pantun
yang harus kalian analisis secara struktur dan isi.
Contoh Pantun | Struktur Pantun | |||
---|---|---|---|---|
Sampiran | Isi | Bait | Rima | |
Hati-hati menyeberang, Jangan sampai titian patah. Hati-hati di rantau orang, Jangan sampai berbuat salah. | Baris 1 dan 2 | Baris 3 dan 4 | 1 Bait 4 baris | a-b-a-b |
Buah cempedak di luar pagar, ambil galah tolong jolokkan. Saya budak baru belajar, kalau salah tolong tunjukkan. | Baris 1 dan 2 | Baris 3 dan 4 | 1 Bait 4 baris | a-b-a-b |
Terbang berbaris burung belibis, sebelum masuk ke dalam hutan. Ilmu tak akan pernah habis, ibarat saujana air lautan. | Baris 1 dan 2 | Baris 3 dan 4 | 1 Bait 4 baris | a-b-a-b |
Kalau harimau sedang mengaum, bunyinya sangat berirama. Kalau hendak ulangan umum, marilah kita belajar bersama. | Baris 1 dan 2 | Baris 3 dan 4 | 1 Bait 4 baris | a-b-a-b |
Kajang Pak Malau kajang berlipat, kajang hamba mengkuang layu. Kain Pak Malau Mak Limah yang lipat, kain aku si pencuri yang sapu. | Baris 1 dan 2 | Baris 3 dan 4 | 1 Bait 4 baris | a-b-a-b |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar